Singaraja- Kuliah Umum Eurasia Foundation yang berkolaborasi dengan Program Studi Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) diisi beragam topik yang menarik tentang etnosains. Salah satunya adalah sastra sebagai kearifan lokal. Topik ini dibawakan oleh Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra M.A., M.Phil, Guru Besar Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
Pada kuliah umum series #11 yang berlangsung pada 13 Mei 2024 ini, Prof. Heddy menjelaskan sastra merupakan gambar cermin dari masyarakat, terutama masyarakat pemilik sastra tersebut. Sastra adalah tulisan imajinatif yang menggunakan medium bahasa, menggunakan tulisan, dan mempunyai nilai seni/keindahan. Menyelami atau mempelajari sastra akan membantu dalam memahami pola pikir masyarakat atau peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
Sastra dituangkan dalam berbagai karya, mulai dari peribahasa, cerita rakyat, novel, roman, puisi, pantun, dan lainnya. Karya sastra ditulis dalam berbagai genre dan memalui berbagai perspektif. Karya sastra muncul sebagai respon atas dorongan dalam diri pengarang, respon terhadap masalah sosial, respon terhadap masalah lingkungan, respon terhadap masalah budaya, respon terhadap masalah ekonomi, dan lainnya.
Lebih lanjut dijelaskan, etnik adalah salah satu dasar pengelompokan karya sastra. Ia mengangkat etnik Bali sebagai salah satu contohnya. Contoh karya sastranya ada gegendingan, satua-satua, paribasa, geguritan, kidung, kakawin, gancaran, tembang, dan palawakia. Selain itu juga ada cerpen, novel dan puisi.
Bagaimana dengan kearifan lokal pada karya sastra tersebut? Prof. Heddy menyampaikan kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai perangkat pengetahuan dan praktek-praktek pada suatu komunitas -baik yang berasal dari generasi-generasi sebelumnya maupun dari pengalamannya berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat lainnya- untuk menyelesaikan secara baik dan benar persoalan dan/atau kesulitan yang dihadapi secara baik, benar, dan bagus.
Pada karya sastra, kearifan lokal tercermin pada isinya. Karya sastra mengandung pandangan hidup, kepercayaan, nasihat, nilai-nilai, dan norma. Bahkan, ada juga yang memberikan pengetahuan yang lebih spesifik, seperti pengetahuan tanaman, tumbuhan, obat-obatan, kesehatan, pengetahuan tentang alam, dan sebagainya.
Mengungkap kearifan lokal dalam sastra memerlukan perangkat dan metode tertentu. Kajiannya tidak hanya bergantung pada ilmu sastra, tetapi juga memerlukan bantuan perangkat analisis dari ilmu lainnya, seperti filsafat, psikologi, antropologi, politik, dan lainnya. (hms)