Singaraja- Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) terus mendorong lahirnya karya inovasi, baik dari dosen maupun mahasiswa. Kali ini inovasi tersebut lahir dari kerjasama mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan, yaitu mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan Program Studi Teknologi Pendidikan. Kerjasama tersebut terjalin dalam sebuah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang merupakan ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Inovasi tersebut mengenai Penggubahan Buku Ajar Kidal ini digarap oleh tim yang beranggotakan Made Agus Dwi Pradnyana Dita, Ni Wayan Nik Sri Artini, Ni Pande Kadek Dewi Sudiartini dan I Kadek Indra Setiawan.
Dosen pembimbing dan pendamping yaitu Drs. I Wayan Sujana, S.Pd., M.Pd., juga turut mengambil andil dalam program ini. Tak hanya itu, berkat bantuan seluruh dosen di Undiksha yang mendukung kegiatan PKM ini juga menjadi tali jembatan sehingga berhasil menjadi salah satu PKM yang lolos didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Dosen Pendamping, I Wayan Sujana menjelaskan desain buku ajar ini untuk
pemenuhan keberagaman siswa. “Buku ajar untuk anak kidal yang dibuka dari kiri ke kanan ini merupakan upaya kreatif dari mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa kidal” ungkapnya, Sabtu (18/9/2021).
Mahasiswa, Made Agus Dwi Pradnyana Dita yang merupakan ketua dari tim PKM ini juga menjelaskan penggubahan buku ajar ini berangkat dari permasalahan yang dialami oleh siswa kidal, terutama dalam pembelajaran di kelas terkait kenyamanan membuka buku konvensional. “Sampai saat ini tidak ada buku ajar yang didesain khusus untuk anak kidal. Padahal anak kidal itu perlu buku ajar yang sesuai dengan karakteristiknya, hal ini dikarenakan gerakan mendorong anak kidal itu dimulai dari kiri ke kanan. Untuk mampu memberikan fasilitas belajar yang sesuai dengan karakteristik anak kidal, maka kami berusaha mencetuskan ide kreatif ini agar pendidikan di Indonesia itu mampu menghargai keberagaman karakteristik siswa seperti tercantum pada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan yaitu pengakuan atas perbedaan individual,” terangnya.
Proses pembuatan buku ajar kidal ini diawali dengan analisis kebutuhan yang dilaksanakan melalui observasi dan wawancara kepada siswa kidal di SD Kota Denpasar. Hasilnya, siswa kidal tidak nyaman dalam menggunakan buku konvensional yang dibuka dari kanan ke kiri. Berdasarkan hal tersebut kemudian tim PKM melaksanakan kegiatan mendesain produk sehingga mendapatkan hasil desain berupa buku ajar dengan karakteristiknya dibuka dari kiri ke kanan. Penulisan konten buku ajar juga disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Buku ajar tersebut dicetak dan dilakukan uji desain dan juga uji isi pembelajaran untuk mengetahui kelayakannya. “Hasil uji tersebut kemudian sangat layak dan buku ajar kidal didistribusikan kepada 15 siswa kidal yang merupakan subjek dari penelitian yang dilakukan,” ungkapnya.
Mahasiswa lain, I Kadek Indra Setiawan menyatakan selain dari segi kenyamanan, buku ini juga memiliki kelebihan dari segi desain yang menggunakan full colour dengan banyak gambar-gambar menarik bagi siswa sekolah dasar. Pada saat pelaksanaan penilaian PKM yaitu pada tahap PKP2 PKM yang lolos didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, salah satu dewan juri memberikan apresiasi terhadap inovasi yang telah dibuat dan dikembangkan oleh mahasiswa, dan menyatakan bahwa PKM ini sangat unik dan menarik. Hal tersebut sejalan dengan harapan universitas maupun fakultas dalam rangka mendukung pencapaian mahasiswa agar mampu bersaing dan berprestasi di tingkat nasional.
Inovasi ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan pendidikan dan menjadi pemacu terciptanya inovasi-inovasi menarik lainnya. Dalam rangka pengembangannya, diharapkan adanya dukungan dari pemerintah. “Sebenarnya kami sangat ingin agar program ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam penyediaan fasilitas belajar khususnya bagi siswa kidal di Indonesia” imbuhnya. (rls)