Singaraja- Ratusan guru yang berasal dari berbagai daerah mengikuti orientasi akademik sebagai tahapan program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan angkatan I tahun 2021 di Universitas Pendidikan Ganesha, Jumat (9/4/2021). Kegiatan ini dilaksanakan secara daring karena masih dalam situasi pandemi Covid-19. Melalui keikutsertaannya dalam program nasional ini, guru diharapkan dapat semakin profesional dan semakin adaptif terhadap perubahan.
Koordinator PPG Undiksha, I Gede Nurjaya, M.Pd., menjelaskan orientasi ini diikuti oleh 487 orang yang terbagi ke dalam delapan bidang studi, yaitu Guru Sekolah Dasar (SD), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), matematika, IPA, Pendidikan Komputer dan Informatika, Bahasa Indonesia, Bahasa Bali, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK). “Peserta ini terbagi menjadi 14 rombel,” jelasnya. Disampaikan lebih lanjut, peserta program ini berasal dari enam provinsi, yaitu Aceh Sumatra utara, Jambi, Riau, jawa tengah, dan Bali, dengan total mencapai 34 kabupaten/kota. Keragaman daerah asal ini semakin menguatkan ungkapan “PPG Undiksha sebagai pelanginya nusantara”.
Selain orientasi awal, para peserta juga harus mengikuti tahapan lainnya, yaitu pendalaman materi, perancangan pembelajaran, uji komprehensif, dan PPL. Tahap terakhir, dilaksanakan Uji Kompetensi Mahasiswa (UKM) PPG. “Pelaksanaan PPG setiap angkatan selama empat bulan. Jadi sampai bulan Juli 2021,” terangnya. Secara keseluruhan, pada PPG tahun 2021, Undiksha sebagai salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Indonesia menerima 1.200 calon mahasiswa. Nantinya akan ada angkatan II dan angkatan III, yang akan mengikuti program sama dengan angkatan I.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama Undiksha, Dr. Gede Rasben Dantes, S.T.,M.T.I., yang membuka acara tersebut menyampaikan PPG adalah salah satu ujung tombak andalan pemerintah untuk menghasilkan guru-guru yang unggul, semakin profesional dan semakin berkualitas. Guru yang demikian menjadi tumpuan untuk ‘melahirkan” Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul pula, sebagaimana yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia untuk mendukung mewujudkan bangsa yang maju. “Guru yang unggul adalah guru yang tak pernah berhenti belajar, selalu introspeksi diri, dan mau berbagi pengetahuan dengan yang lain. Itulah yang disebut guru penggerak, yakni guru yang mampu menggerakkan guru yang lain untuk melakukan perubahan terhadap pendidikan yang ada di Indonesia dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan,” katanya.
Lebih lanjut disampaikan, era revolusi industri 4.0 ini, perkembangan teknologi telah mengubah tatanan kehidupan termasuk mengubah cara pandang terhadap pelaksanaan pendidikan. Dapat dikatakan sebagai “all the informations on your fingers”. Anak-anak sekarang pun disebut dengan digital native, artinya mereka telah dikelilingi oleh teknologi sejak lahir dan mereka secara tidak langsung “used to it”. Oleh guru, perubahan situasi ini perlu diikuti dengan sikap adaptif, maupun mempersiapkan metode pembelajaran yang relevan. “Jika guru zaman sekarang masi mengajar di depan kelas dengan metode ceramah, siswa tidak akan mendengarkan dan akan cepat merasa bosan. Karena mereka sudah terbiasa dengan belajar melalui internet atau media Youtube yang mampu menyajikan gambar yang menarik pada materi pembelajaran. Jadi para guru hendaknya mengubah metode pelajaran dan beradaptasi dengan para siswa,” pungkasnya. (hms)