Singaraja- Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan langkah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Yohanes Soubirius De Santo untuk berkarya. Hal membanggakan, karya artistiknya berhasil menembus pameran bergengsi di Prancis dan Jerman.
Dikonfirmasi, Minggu (25/10/2020), mahasiswa kelahiran 1998 ini menjelaskan untuk di Prancis ia menembus pameran “CoArt” yang digelar oleh Provence Academy, di Galeri Doramaar, Ménerbes, Prancis. Pameran tersebut berlangsung September 2020 lalu. Lukisan yang dipamerkan merupakan karya dari para pemenang kompetisi yang berlangsung bulan Agustus. “Ini bukan pameran seperti pada umumnya. Tetapi yang ditampilkan adalah karya yang menang sebelumnya,” jelasnya.
Terdapat dua karya yang dipamerkan pada pameran secara langsung itu, dengan judul “I’m Starting To Be Spotted” dan “Negotiable Crowd”. Sementara itu, untuk di Jerman, pameran yang diikuti adalah “(OBSCURE) Desire” yang diselenggarakan oleh Automat Art Space, di Saarbrűcken, Germany pada 6 November 2020. Ada tiga karyanya yang lolos, yakni “I’m Starting To Be Spotted”, “Behind The Rules”, dan “Gradually Getting Better”.
Penciptaan karya-karya itu, menurut Yohanes berawal dari penglihatan terhadap lingkungan sekitarnya. “Inilah sudut pandang saya tentang dunia kesenian, dimana kesenian memang tidak bisa menjadi obat dari suatu penyakit, namun kesenian dapat menjadi suatu terapi kesehatan yang dapat memulihkan segala ketidaknyamanan yang ada dalam jiwa dan raga setiap makhluk,” tuturnya. Disampaikan lebih lanjut, butuh waktu sekitar tiga minggu untuk persiapan mengikuti pameran tersebut. “Persiapan itu menyangkut beberapa urusan kelengkapan data karya dan data diri yang diperlukan oleh pihak penyelenggara pameran,” jelasnya.
Keikutsertaan dalam ajang pameran bukan pengalaman baru baginya. Sebelumnya pernah mengikuti pameran drawing internasional tahun 2017 yang diselenggarakan jurusannya. Dari itu pameran lain terus dijajal. Selain itu juga ada pameran di tingkat lokal daerah Bali dan nasional. Pameran tersebut berupa seni kolase antar pulau di indonesia. Hasilnya, ia terpilih masuk dalam katalog Covid Affects Art 2020 sebagai 150 Perupa Kontemporer Indonesia yang terus bekerja dalam suasana pandemi. Ajang ini diselenggarakan oleh Dicti Art Laboratory. Selain itu juga terpilih masuk dalam pameran bersama Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia bersama 74 seniman Indonesia. “Dari ini terus berlanjut hingga sekarang di tahun 2020, saya mulai mengikuti beberapa kegiatan internasional, sperti ikut dalam pembuatan buku sebagai peringatan hari guru di India, masuk dalam majalah internasional di inggris, mengikuti beberapa festival seni rupa internasional, dan lain lain,” katanya.
Pengalamannya itu tidak langsung membuatnya puas diri. Keinginan untuk mengikuti pameran dengan skala lebih besar masih menjadi keinginnya. “Namun saya masih merasa perlu belajar lebih banyak lagi dari semua ini. Karena ini merupakan bagian dari proses saya yang terjun di dunia berkesenian, khususnya seni rupa,” imbuhnya.
Prestasi tersebut mendapat apresiasi dari Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Hubungan Masyarakat Undiksha, Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd. “Di tengah pandemi Covid-19, mahasiswa kami masih tetap bisa untuk berprestasi. Tentu ini hal yang membanggakan,” ucapnya.
Disampaikan lebih lanjut, prestasi ini akan memberikan kontribusi pada Sistem Pemeringkatan Kemahasiswaan (Simkatmawa). Dalam hal ini, Undiksha pada tahun 2020 berada pada peringkat 23 nasional. “Karena itu kami sangat mendukung mahasiswa yang ikut berkompetisi, termasuk pendanaan. Pada akhir tahun kami juga memberikan penghargaan,” pungkasnya. (hms)