Singaraja– Posisi strategis telah ditempati Prof. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd di Universitas Pendidikan Ganesha. Civitas akademika telah mempercayakan sebagai Rektor Periode 2015-2019 dan 2019-2023. Sebelum itu, ia juga pernah mengemban tugas sebagai Wakil Rektor II Undiksha, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan. Sebelumnya lagi sempat sebagai ketua jurusan.
Karirnya yang terbilang moncer itu tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Termasuk yang mungkin tak terpikirkan adalah soal pendidikannya yang mampu sampai ke tingkat doktor dan beranjak ke professor. Jejak kehidupannya, putra pasangan I Wayan Pugir dan Ni Made Sender lahir 10 Oktober 1959 silam di Banjar Celuk, Desa Adat Bualu, Kabupaten Badung. Di tempat kelahirannya dulu, rata-rata ekonomi penduduknya sangat rendah. Jalan, listrik, begitu pula air PDAM belum ada ketika itu. Rumah penduduk masih beratap ilalang, berdinding gedeg dan berlantai tanah. Namun, ia memiliki semangat yang luar biasa untuk mengenyam pendidikan. “Saya sangat suka bersekolah. Meski ketika dalam situasi sulit,” kata Jampel, usai launching buku berjudul “Membangun dengan Kebersamaan”, di Auditorium Undiksha, Kamis (10/10/2019).
Menjadi orang nomor satu di perguruan tinggi negeri di Bali Utara ini bukanlah pekerjaan mudah. Ia harus mempersiapkan strategi untuk membawa lembaga semakin baik, semakin berdaya saing, baik di tingkat nasional maupun internasional. Termasuk mewujudkan visi Undiksha sebagai universitas unggul berlandaskan falsafah Tri Hita Karana di Asia pada tahun 2045. Apa yang ditargetkan itu diyakini mampu diraih ketika dikerjakan dengan kebersamaan. Hal itu yang terus dipupuk sejak awal menjadi dosen. “Membangun harus dengan kebersamaan. Ini sudah saya rasakan hasilnya. Akreditasi institusi bisa A, karena kebersamaan. Begitu juga untuk program studi. Termasuk juga dalam melaksanakan program lain,” katanya.
Kebersamaan, menurutnya tidak hanya relevan untuk menyukseskan pembangunan perguruan tinggi. Namun juga untuk tempat lain, baik di pemerintahan, termasuk di tingkat keluarga. “Kebersamaan ini sifatnya universal. Apalagi di era revolusi industri 4.0, kolaborasi menjadi salah satu hal yang harus dimiliki untuk bisa bersaing,” imbuhnya. (hms)