Page 73 - KELOMPOK RESEARCH & PROFILE Prodi S3 Pendidikan Bahasa Inggris
P. 73
secara ekonomi menyebabkan Ratmi kecil dan adik-adik dibiasakan bekerja keras
dan disiplin mengerjakan tugas-tugas rumah, seperti membersihkan rumah,
membuat es mambo sepulang sekolah, serta menjualnya di sekolah dan sekitarnya.
Termasuk pekerjaan rumah yang diberikan oleh para guru, harus dikerjakan dengan
disiplin dan penuh tanggung jawab. Tidak ada kamus telat atau tidak mengerjakan
apapun yang sudah menjadi tanggung jawab, karena bila tidak mengerjakannya,
maka bisa ditanggung akibatnya yang fatal, yakni dipukulin oleh ibu yang super
tegas. Pembelajaran yang dipetik dari sini adalah masa kecil adalah masa
pembiasaan bekerja keras, disiplin, dan bertanggung jawab.
Seusai tamat SD, Ratmi melanjutkan di bangku SMPN 1 Sukasada ketika
berusia 11 tahun pada tahun 1977. Sekolah ini merupakan satu-satunya SMP di
Kecamatan Sukasada. Saat itu Ratmi merupakan angkatan kedua, karena sekolahnya
terhitung baru. Ketika di SMP inilah, dia pertama kali mengenal pelajaran Bahasa
Inggris yang diajarkan secara formal di dalam kelas, yang kemudian menjadi
pelajaran favoritnya berkat kepiawaian gurunya mengajar, Pak Wayan Adnyana.
Ternyata kecintaannya dalam pelajaran Bahasa Inggris ini yang membawanya pada
karir akademiknya saat ini. Prestasi di SMP bisa dibilang mulai menunjukkan
perkembangan yang signifikan dibandingkan dengan ketika di SD. Di kelas setiap
semester Ratmi biasanya masuk ranking 3. Lumayan membanggakan keluarga,
meskipun anak tukang jahit dan loper koran, Ratmi yang tidak mendapatkan fasilitas
yang maksimal, masih bisa berprestasi. Meski tidak menjadi nomor satu, setidaknya
dia masih bisa dikatakan masuk kriteria dengan kemampuan di atas rata-rata. Saat
pengumuman kelulusan, Ratmi masuk ranking 5 dari 10 besar, yang jumlah siswanya
dari satu angkatan sekitar 150-an anak.
Memasuki sekolah menengah atas, Ratmi melanjutkan studi ke SPGN
Singaraja, salah satu sekolah favorit setelah SMAN 1 Singaraja. SPGN Singaraja
sesungguhnya bukanlah pilihan awalnya. Ketidaklolosan seleksi tes masuk SMAN 1
Singaraja (jaman belum ada pertimbangan prestasi) mengharuskannya memilih
antara SPGN dan SMA Lab Singaraja, setelah keduanya lolos tes seleksi. Pilihan
orangtua jatuh pada SPGN Singaraja, karena untuk anak perempuan lebih cocok
katanya melanjutkan di sekolah keguruan dengan harapan bisa segera bekerja yaitu
menjadi guru setelah menamatkan sekolah. Meski memulai di awal dengan tidak
bercita-cita jadi guru, prestasi Ratmi di SPGN Singaraja menunjukkan kemajuan
dibandingkan ketika di SMP. Dengan takut tidak naik kelas, Ratmi selalu terpacu
untuk membelajarkan diri semaksimal mungkin, dan akhirnya usahanya tidak sia-sia,
sejak kelas 1 mendapatkan ranking 1. Di kelas 2, Ratmi dikelompokkan ke kelas 2B1,
yaitu kelas IPA dan Matematika, artinya bila nanti tamat dari SPG, dia akan menjadi
guru SD dengan spesifikasi mengajar Matematika dan IPA. Memang 3 pelajaran yaitu
Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran favoritnya sejak SMP.
Menyelesaikan studi di SPGN Singaraja tahun 1984 dengan peringkat juara
umum 2 menjadikan Ratmi lebih terpacu untuk melanjutkan studi ke jenjang yang
lebih tinggi. Syukur orangtua mengijinkan, dan satu-satunya yang terpikirkan adalah
mendaftar di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP-UNUD. Supaya bisa lolos tes
seleksi SIPENMARU (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru), Ratmi mempersiapkan diri
dengan mengikuti les privat Bahasa Inggris di Manggala English Course (MEC)
Singaraja, sebuah lembaga pendidikan yang sangat terkenal di Singaraja pada tahun
1980an. Puji syukur, akhirnya lolos seleksi SIPENMARU meski awalnya merasa
pesimis, karena tes tersebut diperiksa di pusat dan tentunya saingan banyak untuk
69