Pencak Silat Menjadi Media Pendidikan Karakter Dan Kendalanya     

Deskripsi Singkat:

Selain krisis kesehatan akibat terjadinya pandemi covid-19. Dewasa ini bangsa  Indonesia mengalami berbagai ancam krisis baik ekonomi, politik, hukum, dan moral. Bila diamati secara cermat, krisis moral merupakan hal krusial untuk diperhatikan oleh karena masyarakat sebagai aset pembangunan sudah mulai kehilangan karakter yang sesuai dengan kondisi bangsa. Krisis moral dalam masyarakat antara lain ditandai oleh (1) hilangnya kejujuran, (2) hilangnya rasa tanggung jawab, (3) tidak mampu berpikir jauh ke depan (visioner), (4) rendahnya disiplin, (5) krisis kerjasama, (6) krisis keadilan, dan (7) krisis kepedulian (Ary Ginanjar, 2008). Keadaan tersebut secara otomatis: ""menghilangkan jiwa sportivitas, kejujuran, kepercayaan diri, dan rasa saling menghargai dalam diri manusia. Artinya, manusia sudah tidak mampu introspeksi diri, mengakui kekalahan, dan berinteraksi dengan baik terhadap orang lain.

Kenyataan di atas menunjukkan bahwa sebagian besar karakter masyarakat Indonesia masih belum terbentuk secara positif. Untuk itu, kualitas sumber daya manusia Indonesia harus terus ditingkatkan melalui berbagai jalur pendidikan, diantaranya melalui bidang olahraga (pencak silat). Oleh karena, olahraga (pencak silat) dapat berfungsi sarana untuk (1) penyaluran emosi, (2) penguatan identitas, (3) kontrol sosial, (4) sosialisasi, (5) agen perubahan, (6) penyaluran kata hati, dan (7) mencapai keberhasilan (Wuest and Bucher, 1995). Dengan demikian, melalui kegiatan olahraga diharapkan dapat membentuk karakter masyarakat Indonesia ke arah yang positif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.  Karakter merupakan sebuah konsep dari moral, yang tersusun dari sejumlah karakteristik yang dapat dibentuk melalui aktivitas olahraga. Setidaknya terdapat nilai-nilai yang baik yang dapat dibentuk melalui aktivitas olahraga, antara lain: rasa terharu (compassion), keadilan (fairness), sikap sportif (sport-personship), dan integritas (integrity) (Weinberg dan Gould,2003).

Artinya, perkembangan dan terbentuknya karakter seseorang dipengaruhi oleh kemampuan kognitif dan daya tangkapnya dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial budaya. Dengan demikian, karakter seseorang terbentuk bukan saja karena menirukan melalui pengamatan, melainkan dapat diajarkan melalui situasi olahraga, latihan, dan aktivitas fisik. Situasi-situasi latihan dan aktivitas apa saja dalam pencak silat yang berkontribusi membentuk karakter? Serta Kendala-kendala apa yang dihadapi bangsa untuk menjadikan pencak silat sebagai media pendidikan karakter. Hal tesebutlah yang akan dibahas dalam kuliah ini.

Jadwal Kegiatan: Kamis, 21 Mei 2020

Jam Pelaksanaan: Jam 11.00 – 12.00 wita


I Gede Suwiwa, S.Pd., M.Pd.

Dosen Undiksha


I Gede Suwiwa adalah dosen Undiksha sejak 2008 sampai sekarang. Sejak sejak menjadi dosen di Prodi Penjaskesrek, FOK Undiksha hingga sekarang saya fokus untuk mengajar, meneliti dan melakukan pengabdian Pencak Silat. Selain Tri Dharma Perguruan tentang Pencak silat., pada organisasi olahraga Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kabupaten Buleleng telah mengabdi dari tahun 2007 sampai dengan sekarang. Saya juga membawa dan membesarkan wadah latihan (perguruan) Pencak Silat Satria Muda Indonesia di Kabupaten yang saat ini sudah tersebar di 4 (empat) kecamatan di kabupaten Buleleng